Apa itu Mal? Jenis, Sejarah, dan Dampaknya Terhadap Masyarakat dan Perekonomian
Mal adalah istilah Amerika Utara untuk pusat perbelanjaan dalam ruangan besar, biasanya berpusat di department store. Kata "mal" awalnya berarti kawasan pejalan kaki dengan toko-toko di sepanjang jalan tersebut (seperti jalan raya), namun kemudian berkembang menjadi sinonim dengan pusat perbelanjaan besar yang tertutup.
Mall dapat sangat bervariasi dalam ukuran dan gaya, dari mal kecil di lingkungan sekitar hingga mal super besar. -Mall regional yang luasnya berhektar-hektar dan memiliki ratusan toko. Beberapa mal juga memiliki pilihan hiburan seperti bioskop, arcade, dan restoran, sementara mal lainnya lebih berfokus pada fesyen dan ritel.
Dalam jawaban ini, kita akan menelusuri apa itu mal, sejarahnya, jenis mal, dan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan. ekonomi.
Apa Sejarah Mal?
Pusat perbelanjaan modern seperti yang kita kenal sekarang berakar pada awal abad ke-20, ketika department store mulai berekspansi ke luar pusat kota dan membuka cabang di daerah pinggiran kota. Toko-toko ini sering kali dikelilingi oleh tempat parkir dan akhirnya berkembang menjadi mal tertutup dengan banyak pusat perbelanjaan seperti JCPenney dan Sears.
Mall sejati pertama adalah Southdale Center di Edina, Minnesota, yang dibuka pada tahun 1956. Dikembangkan oleh Dayton-Hudson Corporation (sekarang Target Corporation), menampilkan tata ruang yang revolusioner dengan halaman tengah, koridor dengan pengatur suhu, dan tempat parkir yang luas. Keberhasilan Southdale Center menginspirasi pengembang lain untuk membangun mal serupa di seluruh Amerika Serikat.
Pada tahun 1970-an dan 1980-an, mal menjadi lebih populer seiring dengan berkembangnya suburbanisasi dan kelas menengah Amerika memiliki lebih banyak pendapatan yang dapat dibelanjakan untuk membeli barang-barang konsumsi. Periode ini menyaksikan munculnya mal-mal "super-regional" seperti Mall of America di Bloomington, Minnesota, yang memiliki lebih dari 520 toko dan objek wisata seperti taman hiburan dan akuarium.
Apa saja Jenis-jenis Mal?
Ada beberapa jenis mal , masing-masing dengan karakteristik dan fitur uniknya sendiri:
1. Mal Lingkungan: Mal berukuran kecil hingga menengah ini biasanya ditemukan di daerah pinggiran kota dan menampilkan gabungan pengecer lokal dan nasional. Mereka sering kali memiliki toko kelontong atau toko obat sebagai penyewa utama.
2. Mal Komunitas: Mal ini melayani komunitas yang lebih kecil dan biasanya berpusat pada satu department store. Mal-mal tersebut mungkin memiliki lebih sedikit pilihan tempat makan dan hiburan dibandingkan mal-mal besar.
3. Mal Regional: Mal ini melayani wilayah yang lebih luas dan memiliki beberapa department store, serta berbagai pengecer khusus dan restoran. Mereka dapat ditemukan di daerah pinggiran kota dan perkotaan.
4. Mal Super-Regional: Mal besar ini mencakup area yang luas dan memiliki ratusan toko, serta pilihan hiburan seperti bioskop dan taman hiburan. Mereka sering berlokasi di dekat kota-kota besar atau tujuan wisata.
5. Pusat Gaya Hidup: Mal kelas atas ini fokus pada fashion dan pengalaman bersantap dibandingkan ritel tradisional. Mereka mungkin memiliki tempat parkir terbatas dan tata ruang yang lebih terbuka untuk menciptakan nuansa "pusat kota".
6. Factory Outlet Malls: Mal-mal ini mengkhususkan diri pada harga diskon untuk barang dagangan bekas atau surplus pabrik. Mereka sering menampilkan gabungan pengecer lokal dan nasional.
7. Mal Bertema: Mal-mal ini memiliki tema tertentu, seperti resor ski dalam ruangan atau surga tropis, dan dapat mencakup atraksi seperti taman air atau roller coaster.
Apa Dampak Mal terhadap Masyarakat dan Perekonomian?
Mall mempunyai dampak positif dan positif terhadap perekonomian. dampak negatif terhadap masyarakat dan perekonomian:
Dampak positif:
1. Penciptaan lapangan kerja: Mal menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang di bidang ritel, jasa makanan, dan industri lainnya.
2. Pendapatan pajak: Mal menghasilkan pendapatan pajak yang signifikan bagi pemerintah daerah, yang dapat digunakan untuk mendanai layanan publik dan proyek infrastruktur.
3. Pusat komunitas: Banyak mal berfungsi sebagai tempat berkumpulnya komunitas, menyelenggarakan acara seperti konser, festival, dan acara amal.
4. Aksesibilitas: Mal menawarkan pengalaman one-stop shopping yang nyaman bagi konsumen, terutama di daerah dengan pilihan transportasi umum yang terbatas.
Dampak negatif:
1. Suburbanisasi: Munculnya mal berkontribusi pada pertumbuhan suburbanisasi, yang dapat menyebabkan perluasan kota dan penurunan kepadatan di pusat kota.
2. Dampak lingkungan: Mal memerlukan energi dan sumber daya yang besar untuk beroperasi, sehingga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dan produksi limbah.
3. Persaingan: Menjamurnya mal telah menyebabkan meningkatnya persaingan bagi usaha kecil dan pengecer lokal, yang mungkin kesulitan bersaing dengan jaringan toko yang lebih besar.
4. Isolasi sosial: Beberapa kritikus berpendapat bahwa mal dapat berkontribusi terhadap isolasi sosial dengan mendorong orang untuk tinggal di dalam rumah dan menghindari interaksi dengan komunitas mereka.
Kesimpulannya, mal telah memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat dan perekonomian sejak didirikan pada pertengahan abad ke-20. Meskipun menawarkan banyak manfaat seperti penciptaan lapangan kerja dan kenyamanan, hal ini juga memiliki kelemahan seperti dampak lingkungan dan persaingan untuk usaha kecil. Seiring dengan terus berkembangnya ritel, menarik untuk melihat bagaimana mal beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan konsumen di masa depan.