


Gerakan Seni Revolusioner Dadaisme
Dadaisme adalah gerakan seni yang muncul setelah Perang Dunia I, sebagai reaksi terhadap bentuk seni dan budaya tradisional yang hancur akibat perang. Gerakan ini dicirikan oleh penolakannya terhadap nilai-nilai estetika dan budaya yang sudah mapan, dan penganutnya terhadap kekacauan, kekacauan, dan omong kosong.
Istilah "Dada" diciptakan oleh seniman Jerman Hugo Ball pada tahun 1916, saat pertunjukan kabaret di Zurich, Swiss. Ball terinspirasi oleh absurditas perang dan kebutuhan akan jenis seni baru yang dapat mencerminkan kekacauan dan kebingungan zaman. Ia memilih nama "Dada" karena kata tersebut tidak masuk akal dan terdengar seperti suara mainan bayi, dan tampaknya mencerminkan semangat penolakan gerakan tersebut terhadap bentuk seni dan budaya tradisional.
Seniman Dadais menolak gagasan keindahan objektif dan malah menerima hal-hal yang kacau dan tidak masuk akal. Mereka menggunakan bahan dan teknik yang tidak konvensional, seperti kolase, kumpulan, dan benda temuan, untuk menciptakan karya yang seringkali provokatif dan menantang. Mereka juga memasukkan unsur seni pertunjukan, kejadian, dan aktivisme politik ke dalam karya mereka.
Beberapa seniman Dadais terkenal termasuk Marcel Duchamp, Man Ray, Hannah Höch, dan Francis Picabia. Karya-karya mereka, seperti "Fountain" karya Duchamp (urinoir bertanda "R. Mutt") dan "Cut Outs" karya Höch (serangkaian kolase yang menggabungkan gambar dari iklan dan budaya populer), kini dianggap sebagai karya paling penting dan berpengaruh. karya abad ke-20.
Dadaisme mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan seni rupa modern, khususnya di bidang surealisme, ekspresionisme abstrak, dan seni pop. Hal ini juga membuka jalan bagi gerakan avant-garde selanjutnya seperti seni konseptual, minimalis, dan postmodernisme.



