Memahami Carlisme: Sebuah Gerakan Keagamaan dalam Gereja Katolik
Carlisme adalah gerakan keagamaan yang muncul pada abad ke-19 di lingkungan Gereja Katolik, berpusat pada sosok Charles Chiniquy, seorang pendeta Perancis-Kanada yang mengaku mendapat wahyu ilahi. Gerakan ini menekankan pentingnya kekudusan pribadi dan perlunya pembaruan spiritual dan moral dalam Gereja. Ia juga menolak beberapa ajaran dan praktik tradisional Katolik, seperti pemujaan terhadap orang-orang kudus dan penggunaan bahasa Latin dalam liturgi.
Carlisme dianggap sebagai ajaran sesat oleh Gereja Katolik dan dikutuk oleh beberapa paus, termasuk Pius IX dan Leo XIII. Meskipun demikian, gerakan ini memperoleh banyak pengikut di Perancis dan negara-negara lain, khususnya di kalangan kelas pekerja dan masyarakat miskin. Banyak kaum Carlist yang melihat diri mereka sebagai bagian dari minoritas yang teraniaya di dalam Gereja, dan mereka sering menghadapi pertentangan dan permusuhan dari hierarki yang sudah mapan.
Beberapa keyakinan dan praktik utama Carlisme meliputi:
1. Pentingnya kekudusan pribadi dan pembaruan rohani dalam Gereja.
2. Penolakan terhadap beberapa ajaran dan praktik tradisional Katolik, seperti penghormatan terhadap orang-orang kudus dan penggunaan bahasa Latin dalam liturgi.
3. Penekanan pada otoritas Alkitab dan hubungan langsung individu dengan Tuhan.
4. Keyakinan bahwa Paus dan hierarki Gereja tidaklah sempurna dan dapat melakukan kesalahan.
5. Fokus pada pembaruan spiritual dan moral masyarakat, bukan hanya pada individu.
6. Penolakan terhadap beberapa hiasan kekayaan dan kekuasaan di dalam Gereja, seperti upacara yang rumit dan jubah yang penuh hiasan.
7. Penekanan pada kesederhanaan, kerendahan hati, dan kemiskinan sebagai kunci menuju spiritualitas sejati.
8. Keyakinan bahwa Roh Kudus memimpin gerakan baru di dalam Gereja, yang akan menghasilkan pembaruan yang lebih spiritual dan moral.
Carlisme mempunyai dampak yang signifikan terhadap Gereja Katolik, khususnya di Perancis, di mana ia memperoleh banyak pengikut di kalangan kelas pekerja dan orang miskin. Hal ini juga mempengaruhi gerakan keagamaan lain, seperti gerakan Pantekosta yang muncul pada awal abad ke-20. Meskipun ditolak oleh hierarki Gereja yang sudah mapan, Carlisme terus dipelajari dan diperdebatkan oleh para sarjana dan teolog saat ini.